Written by Success Story.
on inLast update on .
Kisah sukses para alumni Universitas Diponegoro bukan hanya menjadi kebanggaan bagi perguruan tinggi saja namun juga menjadi motivasi bagi para adik kelasnya untuk mengikuti jejaknya atau menjadi inspirasi berikutnya. Satu lagi alumni FPIK UNDIP Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan yang mengharumkan nama kampusnya adalah Benaya Meitasari Simeon (31) yang saat ini menjadi seorang peneliti di IUCN Species Survival Commission (SSC) – Shark Specialist Group.
Benaya merupakan Alumni Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (sekarang Prodi Perikanan Tangkap) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (UNDIP) angkatan tahun 2012. Saat ini ia adalah seorang spesialis ikan hiu di Komisi Penyelamatan Spesies (SSC) IUCN (International Union for Conservation of Nature ), sebuah komisi khusus yang bertujuan pelestarian spesies di seluruh dunia. Badan ini didirikan pada tahun 1948 dan berpusat di Gland, Swiss dengan beranggotakan 78 negara, 112 badan pemerintah, 735 organisasi non-pemerintah dan ribuan ahli dan ilmuwan dari 181 negara.
Perempuan kelahiran Semarang, 29 Mei 1990 ini dipercaya menjadi peneliti yang fokus pada perikanan dan konservasi laut Hiu dan Pari di pesisir Jawa Tengah. Tergabung dalam jaringan saintis yang terdiri dari ribuan ahli dan relawan seluruh dunia, mereka bekerja dengan visi “sebuah dunia yang menghargai dan mengkonservasi keanekaragaman hayati”. Kecintaannya terhadap masalah kelautan ia akui telah ada sejak menjadi mahasiswa. “Tahun 2021 ini saya menjadi salah satu anggota dari IUCN Species Survival Commission – Shark Specialist Group. Bersama IUCN banyak peneliti internasional, kami mengkaji kerentanan populasi Hiu baik di tingkat regional hingga global,” ujar Benaya.
Benaya juga telah memiliki banyak pengalaman bekerja diantaranya pada tahun 2017 dirinya diajak bergabung pada salah satu lembaga non-profit Internasional yang bergerak di bidang lingkungan hidup. Lembaga tersebut juga mendukung pemerintah dalam rangka pengelolaan perikanan Hiu dan Pari di Provinsi Aceh dan Nusa Tenggara Barat. Di tahun 2018, ia menyelesaikan Training Conservation Leadership Program (CLP) bersama para konservasionis muda dari negara-negara di Asia–Pasifik. Dengan pengalaman ini, Benaya mengaku sering diundang menjadi pelatih identifikasi Hiu baik di tingkat nasional hingga tingkat regional.
Lulusan Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor (IPB), Program Studi Teknologi Perikanan Laut ini juga diajak bergabung dengan gerakan konservasionis internasional pada tahun 2019. Gerakan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan harapan tentang bumi dan menjelaskan kondisi perikanan Hiu dan Pari di Indonesia dalam Conservasion Optimism di Universitas Oxford. Benaya menilai sebagai perempuan yang bergerak di bidang konservasi dengan pendekatan perikanan bukanlah hal yang mudah. Banyaknya pengalaman tersebut tak jarang membuatnya diundang oleh Badan Pangan Dunia FAO untuk mendiskusikan kondisi Hiu dan Pari sebagai perwakilan Indonesia di Vigo Spanyol tahun 2018 dan di Kochi India tahun 2019 lalu.
Berbagai aktivitas yang ia lakukan tersebut menuntunnya meraih beberapa penghargaan yang berkaitan dengan bidang kelautan dan perikanan. Ia mengisahkan bahwa sebenarnya FPIK bukanlah jurusan pertama yang dipilihnya saat kuliah dahulu, namun selama menimba ilmu di FPIK Undip ia menemukan hal berbeda dan menyentuh hati seperti melihat masyarakat pesisir yang dinamis, keanekaragaman hayati laut Indonesia yang kaya, dan sumberdaya ikan Indonesia yang perlu dikelola. Undip yang berada di Kota Semarang dan merupakan salah satu kota pesisir membuatnya dapat melihat kondisi perikanan di Pantai Utara Jawa dengan mudah.
Benaya yang aktif membuat film-film pendek tentang dunia kelautan dan konsevasi laut masyarakat pesisir Jawa Tengah ini menegaskan bahwa ilmu dapat diperoleh tidak hanya dari buku saja, tapi juga melalui praktik implementatif. Dukungan dari dosen dan keluarga alumni membuatnya bisa berkarya di tingkat nasional maupun internasional. Ia memberi semangat untuk para generasi muda saat ini agar tidak putus asa meraih cita-cita dengan perbedaan sistem belajar saat ini. “FPIK Undip memperkenalkan saya terhadap banyak nilai-nilai hidup dan mimpi-mimpi baru yang ingin saya capai melalui karier saya untuk ekosistem laut Indonesia yang sehat dan masyarakat pesisir yang sejahtera,” ujarnya.
Hingga saat ini, Benaya yang merupakan lulusan SMP PL Domenico Savio dan SMA Krista Mitra Semarang ini aktif mendukung pemerintah pusat. Melalui KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) dan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) ia melakukan penelitian dan pengelolaan Hiu dan Pari. Tak hanya itu, melalui konsorsium Fisheries Resource Center of Indonesia dirinya aktif mendukung mahasiswa, LSM & komunitas lokal (LATUN Bengkulu & Sawfish Indonesia di Merauke) untuk melakukan riset dan pengelolaan Hiu dan Pari di Indonesia.
Transisi penanganan COVID-19 dari pandemi menjadi endemi telah ...
Hari pertama bekerja menjadi salah satu penentu bagaimana ...
Menteri BUMN Erick Thohir beberapa waktu lalu menyampaikan ...
Hyundai Motor Group secara resmi mengumumkan 15 usaha ...
Sebelum membeli produk asuransi, Anda tentu harus memahami ...